OUR STORY
"apa yang harus aku lakukan?bahkan hanya untuk
menatapnya saat ini aku tidak berani, apalagi untuk menyatakan perasaan
ku..", malam ini Chanyoel sudah memutuskan untuk mengutarakan isi hatinya
pada Hyo Rin noona. Makan malam ditempat romantis seperti ini dengan
pemandangan kota Seoul dari ketinggian sudah disiapkannya dari jauh hari agar
semua berjalan sempurna.
***
Hyo Rin adalah wanita cantik yang sangat baik dan lembut
hatinya. Sayangnya kehidupan tidak pernah berbaik hati padanya. Sejak kecil Hyo
Rin sudah menjadi yatim piatu karna ayah ibu nya meninggal dalam sebuah
kecelakaan lalu lintas. Hyo Rin kecil kemudian hidup bersama bibi yang sudah
bekerja di rumahnya sejak Hyo Rin dilahirkan, bibi Ma namanya. Hyo Rin hidup
sederhana dan tumbuh menjadi gadis yang ceria juga pintar. Ia gadis yang
berbakat, pemain tenis andalan di sekolahnya. Sejak 3 tahun lalu saat ia masih
duduk ditingkat akhir sekolah menengahnya, ia sudah mulai bekerja paruh waktu
di sebuah toko roti untuk membantu bibi Ma yang semakin memburuk keadaanya
karna sakit yang dideritanya. Hyo Rin selalu bekerja keras, ia berjanji setelah
lulus sekolah ia akan membahagiakan bibi Ma. Namun takdir berkata lain,
beberapa bulan menjelang Hyo Rin lulus dari bangku sekolahnya bibi Ma
meninggalkan Hyo Rin untuk selamanya. Kali ini Hyo Rin benar-benar terpuruk
karena satu-satunya orang yang dimiliki dalam hidupnya sudah meninggalkannya
seorang diri. Hari itu Hyo Rin yang sangat sedih memutuskan untuk menyendiri di
lorong dekat gudang di belakang sekolah karena hanya ini satu-satunya tempat
yang jarang di datangi siswa atau lainnya.
Hari itu juga menjadi hari pertemuan Hyo Rin dengan
Chanyoel. Chanyoel adalah junior Hyo Rin di sekolah dan klub tenis. Chanyoel
memiliki kehidupan 180 derajat berbeda dengan Hyo Rin, ia berasal dari keluarga
terpandang. Hidup yang berkecukupan bukan berarti hidupnya sempurna. Chanyoel sudah lama mengagumi Hyo Rin, tapi
entah mengapa Hyo Rin tak pernah sekalipun melihat ke arahnya. Saat itu
Chanyoel pergi ke gudang sekolah untuk menaruh peralatan olahraga yang sudah
tidak terpakai. Tanpa sengaja ia melihat Hyo Rin yang tertunduk menangis
tersedu-sedu di lorong dekat gudang itu. Saat itu hanya ada mereka berdua.
Karena khawatir ia memutuskan untuk menghampiri Hyo Rin untuk menanyakan
keadaannya. Walaupun ia harus berperang dengan batinnya yang tidak pernah
berani menatap Hyo Rin. Ya mungkin inilah alasan Hyo Rin tidak pernah melihat
Chanyoel apalagi menyadari keberadaannya.
"ini untuk menghapus air mata noona" ia
mengulurkan sapu tangannya kearah Hyo Rin dengan suara dan tangan yang sedikit
bergetar. Hyo Rin hanya terdiam menahan tangisnya dan tidak sedikit pun
memperlihatkan wajahnya. Chanyoel memutuskan untuk bergegas pergi setelah Hyo
Rin menerima sapu tangan itu, ia pikir keberadaannya juga bisa mengganggu Hyo
Rin yang terlihat ingin sendiri.
Sejak hari itu Hyo Rin terlihat murung bahkan beberapa
kali Chanyoel memergoki Hyo Rin dengan mata sembabnya. Chayoel yang tidak tahan
melihat noona yang dicintainya terus menerus murung akhirnya mencoba mendekati
Hyo Rin. Suatu hari Chanyoel menghampiri Hyo Rin yang kala itu sedang
mengumpulkan bola tenis selepas latihan selesai sebagai hukuman untuk Hyo Rin
yang tidak fokus saat latihan padahal seminggu lagi turnamen tenis antar
sekolah akan diselenggarakan. "noona apa kau baik-baik saja?" sapa
Chanyoel sembari mengulurkan bola tenis yang dipungutnya. "omo.." Hyo
Rin yang melamun sedari tadi terkejut mendengar suara Chanyoel lalu menoleh ke
arah datangnya suara. "aku baik-baik saja" jawabnya.
"akhir-akhir ini aku seringkali melihat mu
murung, saat itu aku juga melihat mu menangis di dekat gudang
sekolah..apa kau ingat dengan ku noona?"
"iya, aku ingat. Hari itu bibi ku meninggal
dunia" Hyo Rin menundukkan kepalanya, ia terlihat sedang menahan tangisnya
namun rasa rindunya terhadap bibi Ma lebih kuat dari tembok pertahanan di
matanya. Air mata itu jatuh begitu saja. Chanyoel yang melihat Hyo Rin menangis
tak mengerti harus berbuat apa. Ia menuntun Hyo Rin untuk duduk dan menenangkan
hati nya. Sore itu Hyo Rin banyak bercerita tentang hidupnya kepada Chanyoel.
Setidaknya dengan bercerita beban di hati Hyo Rin berkurang. Semenjak hari itu
Hyo Rin dan Chanyoel menjadi dekat. Chanyoel yang periang dan dikenal sebagai
'happy virus' tentu saja dengan mudah membuat Hyo Rin tersenyum kembali setiap
kali ia merasa lelah dengan hidupnya. Tingkah laku Chanyoel yang konyol dan
kekanak-kanakan juga membuat Hyo Rin merasa nyaman di dekatnya. Sedangkan
Chanyoel yang semakin hari semakin mengenal Hyo Rin dan tahu cerita hidupnya
yang menyedihkan membuat rasa sayangnya semakin besar. Ia selalu ingin
melindungi Hyo Rin noona dan membuatnya selalu tertawa. Mereka selalu bersama
saat disekolah ataupun saat latihan tenis. Setelah lulus sekolah Hyo Rin
memutuskan untuk bekerja sedangkan Chanyoel yang lulus satu tahun setelah Hyo
Rin melanjutkan kuliah di Universitas Seoul. Sudah tiga tahun mereka bersama,
menjalani setiap momen suka dan duka bersama namun hingga kini Chanyoel belum
juga berani menyatakan perasaannya itu pada Hyo Rin.
***
Hari ini adalah hari ulang tahun Hyo Rin noona, Chanyoel
memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya tepat malam ini ketika mereka
makan malam bersama. Sejak seminggu yang lalu Chanyoel mempersiapkan ini semua,
makan malam tepat di atas Namsan Tower dengan pemandangan kota Seoul di malam
hari dan sebuah kalung dengan bandul hati yang didalamnya terdapat fotonya dan
Hyo Rin.
Semua berjalan lancar, Hyo Rin terlihat begitu senang.
Hanya satu yang menjadi masalah dari awal mereka makan malam bersama. Chanyoel
yang sangat gugup malam ini ditambah lagi melihat Hyo Rin yang terlihat begitu
menawan dengan gaun selutut berwarna hitamnya. Karena terlalu gugup Chanyoel
sering menunjukkan ekspresi bodohnya yang justru membuat Hyo Rin tertawa. Tiba
saatnya Chanyoel mengutarakan perasaannya, dengan sekuat tenaga ia memberanikan
diri untuk menggenggam tangan Hyo Rin dan dengan suara yang sedikit bergetar ia
mengutarakan perasaannya selama ini. "noona..telah lama aku mengagumi mu,
bahkan sebelum kau mengenal ku..aku sering memperhatikan noona sejak pertama
kali aku masuk klub tenis. Setiap kali aku melihat kau yang begitu bersemangat
saat bertanding atau melihat senyum mu, aku merasa bahagia. Ketika kau sakit
dan menangis, aku juga merasakan sakit yang sama. Itulah mengapa aku selalu
ingin di dekat mu, selalu ingin melindungi mu. Aku selalu ingin membuat mu
tersenyum, walaupun terkadang aku justru berbuat hal bodoh. Aku mencintaimu
noona"
Hyo Rin sangat terkejut dengan sikap Chanyoel yang berbeda
dari biasanya, cenderung aneh. Tatapan Chanyoel yang begitu tegas saat
mengutarakan perasaannya ini pasti bukanlah lelucon. Chanyoel memang gemar
mengeluarkan lelucon tapi ini berbeda, "sungguhkah ini benar
adanya?Chanyoel menyukaiku lebih dari sekedar kakak nya?" batin Hyo Rin.
Tiba-tiba Chanyoel berdiri dan melangkah mendekati Hyo Rin lalu berlutut di
hadapan Hyo Rin. "kau pasti bingung dengan sikapku saat ini kan noona?aku
sudah lama ingin mengatakan ini tapi aku sungguh tidak mempunyai keberanian
bahkan untuk sekedar menatap noona.." Chanyoel mengeluarkan sebuah kalung
hati dari kantung celananya lalu memberikannya pada Hyo Rin. "kalau noona
menerima persaan ku, noona bisa mengenakan kalung ini namun kalau tidak ambilah
dan buang kalung ini" sulit dipercaya malam itu akhirnya Chanyoel berhasil
mengumpulkan keberaniannya , bukanlah
hal yang rumit bagi Hyo Rin untuk menjawab perasaan Chayoel padanya karena
sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama. Chayoel yang selalu berbuat bodoh
dihadapannya dan selalu berhasil membuatnya tertawa.
"aku tidak
akan mengenakan kalung itu" ujar Hyo Rin yang membuat Chanyoel menundukkan
kepalanya, "apa kau mau memakaikan kalung itu untukku?". Malam ini
diakhiri dengan melihat pesta kembang api di atas Namsan tower dengan senyum
keduanya yang terus mengembang.
Hari demi hari mereka lalui bersama. Tidak ada yang
berubah dari kehidupan mereka. Hanya saja ketika bersama mereka dapat saling
menguatkan disaat cobaan datang. Suka duka mereka lalui dengan canda tawa.
Mereka saling memiliki satu sama lain.
***
Lagi-lagi hidup berlaku tidak adil pada Hyo Rin, disaat ia
merasakan hidup yang sebenarnya dengan kehadiran Chanyoel, satu-satunya orang
yang ia punya saat ini. Sayang kisah hidup dua mahluk Tuhan ini tidaklah
sejalan, tidak berjodoh. Sebelas bulan hubungan itu berjalan bahagia hingga
akhirnya masalah menghampiri mereka. Hari ini Chanyoel memiliki janji dengan
Hyo Rin di taman kota. Sepulang kerja Hyo Rin segera bergegas pergi ke taman
dengan tidak lupa membawakan roti kesukaan Chanyoel. Ini memang sudah menjadi
rutinitas mereka untuk jalan bersama setiap akhir pekan tiba, kali ini taman
kota menjadi tujuan mereka karena pekan ini sedang diselenggarakan festival
musim semi.
Hyo Rin sudah tiba ditaman lebih dahulu dari Chanyoel. Tidak
lama dari kejauhan terlihat Chanyoel yang ternyata tidak datang sendirian. Ia
bersama seorang pria yang sangat berbeda dari segi penampilan dengannya.
Chanyoel dengan kaos, celana jeans, dan sepatu sport andalannya sedangkan teman
disamping nya berpenampilan sangat dewasa dengan setelan jas berwarna abu.
"noona!!"teriak Chanyoel dari kejauhan dengan
wajah riangnya dan berlari kecil seperti biasa. "kau sudah lama menunggu
ku?" tanyanya pada Hyo Rin
"ehm tidak" jawab Hyo Rin dengan senyum manis
tersungging di wajahnya
"noona perkenalkan ini hyung ku dari Amerika yang
pernah ku ceritakan, ia baru saja dipindah tugas kan ke Korea"
"perkenalkan nama ku Jongdae" Pria itu
mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Hyo Rin
Tidak berapa lama Jongdae pamit undur diri, ya ia memang
hanya mengantarkan Chanyoel namun karena Chanyoel yang memaksa untuk
memperkenalkannya pada Hyo Rin membuat Jongdae yang sejak kecil sulit menolak
permintaan Chanyoel harus menuruti permintaan adiknya itu. Jongdae dan Chanyoel
adalah saudara dari ibu yang berbeda. Ayah Jongdae menikah lagi dengan ibu
Chanyoel saat Jongdae berusia 1 tahun. Ibu Jongdae meninggal ketika
melahirkannya. Walaupun Jongdae tahu semua kenyataan tentang keluarganya tak
mengurangi rasa sayangnya pada Chanyoel. Usia mereka memang tidak terpaut jauh
namun sifat Jongdae sangat jauh dewasa dibandingkan Chanyoel, mungkin karna
Jongdae sudah terbiasa hidup sendiri sejak ia memutuskan untuk bersekolah di
Amerika. Jongdae juga sangat pintar, berprestasi dalam pendidikannya,
membuatnya lebih cepat lulus dari sekolahnya. Kini Jongdae bekerja di sebuah
perusahaan berskala internasional yang bergerak di bidang properti. Walaupun
baru bekerja 6 bulan ia sudah diberikan kepercayaan besar untuk mengurus salah
satu anak perusahaan tersebut yang ada di Korea.
"hyung ku sangat tampan bukan?tentu saja..lihat saja
adiknya" tanya Chanyoel dengan wajah sombongnya
Chanyoel dan Hyo Rin berjalan mengelilingi taman dan
melihat-lihat jejeran tenda festival musim semi. Udara yang segar dan suasana
yang sangat meriah dengan pemandangan berbagai bunga musim semi yang indah
membuat Hyo Rin sangat bahagia. Apalagi saat ini ia sedang bersama orang yang
paling disayanginya. Setiap momen indah yang mereka lewati semakin meyakinkan
Hyo Rin untuk terus ada disamping Chanyoel. Ia ingin dapat selalu bersama
sampai akhir usia. Begitupun dengan Chanyoel.
***
Minggu ini adalah minggu yang sangat melelahkan untuk
Jongdae, tugasnya sebagai penanggung jawab baru di perusahaan itu membuat waktu
luang nya sedikit bahkan waktu untuk makan siangnya berkurang. Siang ini
Jongdae memutuskan untuk membeli beberapa roti sebagai santapan makan siangnya.
Sebelum pergi ke tempat pertemuan nya dengan koleganya, Jongdae mampir di
sebuah toko roti dekat kantornya.
"selamat siang..kka..kau?" Hyo Rin yang cukup
terkejut melihat Jongdae, "oh kau kan Jongdae, kaka nya Chanyoel?"
Jongdae yang tidak kalah terkejut ketika melihat pelayan
toko roti yang melayaninya ternyata adalah kekasih dari adiknya. "iya, kau
Hyo Rin bukan?kau bekerja disini?" tanya Jongdae dengan raut tidak
percaya. Jongdae memang memiliki jalan pikiran yang lebih dewasa dari teman
seusianya namun sikap ini justru membuatnya bersikap idealis, baginya semua
harus sesuai, begitu pula dalam cinta. Keluarga Jongdae dan Chanyoel memang
tergolong keluarga kaya raya, Ayah mereka adalah seorang ilmuwan dan tokoh
penting di universitas Seoul selagi hidupnya. Hal ini yang membuat Jongdae
menjadi sangat pemilih dalam mencari pasangan, bahkan baginya hal ini berlaku
juga untuk Chanyoel, adiknya. Chanyoel selama ini memang belum menceritakan
latar belakang Hyo Rin padanya. Jongdae juga tidak pernah berpikir kalau
Chanyoel akan tertarik pada wanita yang dianggapnya tidak sederajat
dengannya. Sejak siang itu Jongdae
menyuruh orang untuk menyelidiki latar belakang Hyo Rin dan keluarganya.
Jongdae kini tahu segala hal tentang Hyo Rin. Hal ini yang
membuat Jongdae mulai berusaha menjauhi adiknya dari gadis ini, menurutnya Hyo
Rin bukanlah gadis yang cocok untuk disandingkan dengan Chanyoel. Suatu hari
dikediaman Jondae dan Chanyoel. Hari itu adalah akhir pekan, kali itu Jongdae
tidak berangkat ke kantor untuk bekerja.
"bagaimana kalau hari ini kita pergi
berlibur?berhubung akhir pekan ini aku tidak ada agenda diluar, kita juga belum
pernah keluar bersama setelah aku datang kembali ke Korea bukan?" ajak
Jongdae saat mereka sarapan pagi bersama
"wah benar hyung..sepertinya asik" belum sempat
membicarakannya lebih lanjut Chanyoel teringat sesuatu, "ah hyung maaf aku
baru ingat, aku sudah ada janji dengan Hyo Rin noona"
"aa begitu, oya mengenai Hyo Rin, kau belum
menceritakan latar belakangnya pada ku" jawab Jongdae dengan raut wajahnya
yang berubah setelah mendengar penolakan Chanyoel. "aa mengenai Hyo Rin,
te..tenang saja hyung, Hyo Rin gadis baik-baik, kau harus percaya padaku"
jawab Chanyoel dengan gugup. Chanyoel tahu kalau kaka nya itu sangatlah pemilih
dalam urusan ini, bibit bebet dan bobot tidak pernah luput olehnya. Itulah yang
membuatnya hingga kini belum pernah satu kalipun memperkenalkan gadis spesial
untuk dirinya. "aku percaya padamu, ingat kau harus memilih pasangan yang
sesuai denganmu, bibit bebet dan bobot itu sangat penting..semenjak Ayah
meninggal aku lah yang bertanggungjawab atas hidupmu, aku tidak ingin kau salah
memilih". Ya semenjak Ayah mereka meninggal dua tahun yang lalu Jongdae
memang sangat protektif terhadap kehidupan Chanyoel.
Jongdae sangat mengerti bagaimana sifat adiknya, ia tahu
Chanyoel sangat mencintai Hyo Rin tapi tetap saja dimatanya Hyo Rin bukanlah
wanita yang pantas bersanding dengan Chanyoel. Jongdae bukanlah pria yang
bodoh, tidak mungkin memaksa Chanyoel meninggalkan Hyo Rin tapi ia masih punya
banyak cara untuk memisahkan mereka.
***
Esok adalah hari yang paling dinantikan Chanyoel. Ia dan
Hyo Rin merencanakan untuk pergi berlibur bersama ke pantai untuk memperingati
hari jadi mereka setelah satu tahun yang lalu Chanyoel menyatakan perasaannya
di atas Namsan Tower. Pantai adalah tempat spesial bagi Hyo Rin, entah mengapa
Hyo Rin akan merasa sangat tenang setiap kali melihat deburan ombak. Itulah
alasan Chanyoel mengajak Hyo Rin berlibur ke pantai. Sejak malam Chanyoel tidak
dapat tidur karena terlalu senang dan tidak sabar menunggu terbitnya matahari.
Pagi hari nya Chanyoel segera bergegas mengendarai mobilnya untuk menjemput Hyo
Rin di rumahnya. Tepat saat Chanyoel tiba di depan rumah, Hyo Rin keluar dari
dalam rumahnya. Seperti biasa Hyo Rin selalu terlihat cantik di matanya. Kali
ini Hyo Rin mengenakan sweater berwarna biru langit dipadukan dengan syal
berwarna putih dan celana jeans panjangnya, gadis yang manis dan tangguh.
Sesampai di pantai Hyo Rin dan Chanyoel asik bermain dan
berkejaran dengan ombak. Mereka selalu menkmati kebersamaan mereka terlebih
lagi hari ini adalah hari spesial dalam hidup mereka. Setelah lelah bermain
dengan ombak mereka pergi ke sebuah rumah makan di pinggiran pantai.
Ditengah asik menyantap makan siang
"noona!" Chanyoel mengibaskan tangannya didepan
wajah Hyo Rin, "noona kau tidak memakan makanan mu?kenapa kau dari tadi
hanya melihat ku?"
"eeh, aku hanya ingin memandang wajah mu dari dekat,
bagaimana perasaan mu hari ini?setelah ini kita berkeliling pantai ini yah..kau
kan belum menetapi janji mu untuk mengajak ku ke ujung pantai ini, kau
ingat?" jawab Hyo Rin.
"baiklah noona, aku sangat senang sekali hari ini,
kalau saja waktu bisa dihentikan aku berharap
waktu tetap seperti saat ini..aku ingin selalu bersama mu", Hyo Rin
hanya terus memandang Chanyoel dengan tatapan sendunya. Hari ini Hyo Rin tampak
sangat berbahagia, begitupun dengan Chanyoel. Namun ada yang aneh dari sikap
Hyo Rin hari ini, beberapa kali Hyo Rin memandang Chanyoel dengan tatapan sendu
tak seperti biasanya, tatapan yang penuh arti. Tatapan itu seperti tatapan
orang yang akan pergi untuk waktu yang lama, seperti Hyo Rin sedang memuaskan
dirinya karena tidak akan melihat orang yang dicintai nya lagi. Setelah selesai
makan mereka melanjutkan berjalan-jalan mengelilingi pantai. Tanpa terasa hari
mulai menjelang sore, matahari beranjak keperaduannya, tepat disaat mereka
sampai di ujung pantai. Mereka kini duduk berdampingan di atas pasir putih
pantai sembari melihat indahnya matahari meredup dan perlahan kembali ke
peraduannya.
"Cukup sampai disini" Hyo Rin melepaskan
genggaman tangan Chanyoel
"apa noona?"
"cukup sampai disini saja hubungan diantara kita,
saatnya kita meneruskan jalan hidup kita masing-masing" ujar Hyo Rin tanpa
menatap ke arah Chanyoel sedikitpun
"apa maksudmu noona?bukankah kau bilang ingin selalu
bersama ku?" Chanyoel yg terkejut dengan ucapan Hyo Rin,"noona jawab
aku!" Chanyoel membalikkan tubuh Hyo Rin dengan paksa hingga Hyo Rin dan
Chanyoel kini saling bertatapan. Hyo Rin hanya dapat menundukkan kepalanya.
"noona..ku mohon jawab aku" ujar Chanyoel dengan suaranya yg mulai
terdengar parau.
Hyo Rin kini mengangkat kepalanya dan menatap Chanyoel
lekat, "kita harus berakhir disini Chanyoel, aku sudah tidak lagi menyukai
mu" Hyo Rin berusaha melepaskan genggaman tangan Chanyoel di lengannya.
"jangan bercanda noona, ku mohon.."
"saat ini aku tidak sedang bercanda Chanyoel,
dengarkan aku baik-baik..aku ingin kita putus"
"ada apa dengan mu noona?" ujar Chanyoel dengan
suara yg mulai bergetar
"aku menyukai pria lain, pria yg lebih dewasa dari
mu.."
"apa benar itu alasanmu?aku janji akan berubah, mulai
sekarang aku akan mengenakan pakaian yg terlihat lebih dewasa, aku tidak akan
bertindak seperti anak kecil lagi..aku janji" Chanyoel menggenggam tangan
Hyo Rin
"suara itu, bahkan aku membenci semua itu, aku tidak
suka cara mu memanggilku!" Hyo Rin mengucapkannya dengan tegas, namun
terlihat Hyo Rin menahan tangisnya
setelah mengucapkan kata-kata itu. Ia memalingkan wajahnya dan berusaha
melepaskan genggaman tangan Chanyoel namun tenaga Chanyoel terlalu kuat untuk
dikalahkannya. "ku mohon noona..jangan seperti ini" Chanyoel mulai
menangis, kini ia berlutut dihadapan Hyo Rin tanpa melepaskan genggaman tangannya
pada tangan Hyo Rin. "sudah saatnya semua ini berakhir, kini aku harus
bangun dari mimpi ku..sudah cukup bersenang-senang dengan mu, lepaskan aku
Chanyoel" Hyo Rin akhirnya terlepas dari genggaman Chanyoel yang melemah
karena ia tak kuat menahan tangisnya. Hyo Rin bergegas memalingkan tubuhnya dan
beranjak pergi menjauh dari Chanyoel tanpa menoleh sedikitpun ke arah Chanyoel.
Sedangkan Chanyoel hanya dapat terduduk merintih melihat punggung Hyo Rin yang
semakin menjauh dari pandangannya.
***
Satu bulan setelah perpisahan itu, hari demi hari mereka
lalui dengan rasa pedih di hati mereka masing-masing. Terutama Hyo Rin,
perpisahan ini bukanlah hal yang diinginkannya. Hyo Rin kini hidup disebuah
desa tempat kelahiran bibi Ma, disana ia hidup bersama anak-anak yatim piatu di
sebuah panti asuhan. Bermain dengan anak-anak dapat menyembuhkan luka dihati
Hyo Rin secara perlahan. Hyo Rin berjalan disebuah taman dekat panti asuhan,
ini adalah tempat favorit Hyo Rin disaat kenangan masa lalunya bersama Chanyoel
kembali membayangi pikirannya. Hyo Rin duduk disebuah bangku taman dan
memejamkan matanya, saat ini ia sedang berusaha menenangkan pikiran dan
hatinya. Setiap kali kenangan itu kembali Hyo Rin tak pernah bisa menahan
tangisnya, ia sangat merasa bersalah.
FLASH BACK
Malam itu setelah selesai bekerja, saat keluar dari tempat
kerjanya Hyo Rin bergegas pergi ke sebuah restoran. Di restoran tersebut
Jongdae sudah menunggunya untuk makan malam bersama dan ada yang ingin
dibicarakan Jongdae mengenai Chanyoel. Oleh karena itu ia menerima ajakan
Jongdae untuk makan malam bersama. Sesampainya di restoran tersebut.
"langsung saja ke inti pembicaraan, aku ingin kau
putus dengan Chanyoel"
"apa maksudmu?" Hyo Rin yang sangat terkejut
dgan perkataan Jongdae
"kau tau siapa Chanyoel bukan?bagiku kau bukanlah
gadis yang pantas untuk Chanyoel..jadi sekaranglah saatnya kau bangun dari
mimpi mu, sebelum kau semakin mencintai nya dan justru akan lebih sulit untuk
meninggalkannya"
Hyo Rin hanya terdiam membisu tak menyangka dengan apa
yang diucapkan Jongdae barusan,
"aku..aku sangat mencintai Chanyoel, aku mencintainya
karena ia adalah Chanyoel ku yang selalu menjadi semangat ku bukan Chanyoel
dengan latar belakang keluarganya, aku tidak akan pernah meninggalkannya".
Jongdae yang mendengar jawaban Hyo Rin menjadi kesal, "karena itulah kau
tidak pernah pantas untuknya, lepaskan Chanyoel atau hidup mu akan
menderita!" ujar Jongdae dengan nada sedikit tinggi. Hyo Rin hanya dapat
diam, ia menahan tangisnya. "jika kau tinggalkan Chanyoel maka aku akan
menjamin hidupmu, apapun yang kau butuhkan akan ku penuhi..tapi kalau tetap
bertahan dengan Chanyoel, aku tidak segan-segan menyakiti mu, bahkan jika perlu
aku memaksa Chanyoel untuk meninggalkan mu selamanya, bagaimanapun caranya akan
ku lakukan!kau mengerti?"
Dengan berat hati akhirnya Hyo Rin menerima tawaran
Jongdae. Ia berjanji akan meninggalkan Chanyoel, bukan karena ia tertarik
dengan upah yang Jongdae tawarkan namun karena ia khawatir Jongdae akan
menyakiti Chanyoel untuk memisahkan mereka.
FLASH BACK END
Itulah alasan Hyo Rin meninggalkan Chanyoel. Setelah ia
mengucapkan perpisahan pada Chanyoel di pantai sore itu, ia tak kuat lagi
menahan rasa sakit dihatinya. Sepanjang malam hingga esok harinya Hyo Rin hanya
dapat menangis, akhirnya ia memutuskan untuk pergi jauh dari kota agar dapat
segera melupakan setiap kenangannya bersama Chanyoel. Setelah satu bulan Hyo
Rin menjauh namun ternyata sakit itu tak pernah hilang bahkan kini luka di
hatinya semakin meradang. Kini luka itu semakin menyedihkan karena penyesalan
Hyo Rin. Penyesalan karena Hyo Rin terlalu mudah menyerah akan cinta nya.
Penyesalan yang akan terus membayangi hari-harinya dan selalu datang ditiap
mimpi dalam tidurnya.
Hyo Rin sadar betapa Chanyoel sungguh berarti dalam hidupnya,
'happy virus' nya. Kini hanya kalung hati yang tersisa. Hanya benda ini yang
mampu menghilangkan sedikit rasa sakit di hati Hyo Rin ketika rindunya terhadap
Chanyoel meradang.
Dilain tempat Chanyoel yang selama hidupnya penuh dengan
keceriaan kini berubah drastis. Setelah kejadian di pantai ia menjadi sangat
pendiam, bahkan seminggu pertama Chanyoel tak pernah pergi kuliah, untuk makan
saja ia tidak punya cukup tenaga. Ya Hyo Rin lah tenaga yang ia butuhkan saat
ini. Chanyoel sangat terpukul, sakit ini akan terus bersarang di hatinya. Bukan
sakit karena rasa patah hatinya namun sakit karena selalu merindukan Hyo Rin.
Hyo Rin yang tak bisa lepas dari pikiran Chanyoel dan Chanyoel yang selalu hadir dalam mimpi ditiap malam
Hyo Rin.
END